BERBAGILAH DALAM HAL KEBAIKAN TERMASUK ILMU WALAU CUMA SETITIK....

7/21/2011

Radio Link Calculation

Tidak seperti penggunaan perangkat indoor, kemampuan untuk menghitung link budget & jangkauan sangat penting jika seseorang ingin menggunakan peralatan Wireless LAN untuk melewati mil terakhir  Mereka yang memiliki pengetahuan radio yang sangat minim mungkin memiliki beberapa kesulitan dalam melakukannya. Untungnya, http://www.ydi.com membawa perhitungan link radio sederhana diakses dari Internet. Ini mencakup semua rumus dan, dengan demikian, siapapun dapat mengetahui link budget sistem telekomunikasi. Saya akan sangat menyarankan untuk mengakses situs tersebut  untuk mencoba dengan perhitungan radio link.

Ada kebutuhan beberapa parameter penting untuk menghitung dengan benar untuk memastikan bahwa sistem dengan benar akan melakukan, yaitu :

• Sistem Operasi Margin (SOM), itu berkorelasi daya pemancar, tipe antena, panjang    kabel coaxial dan   jarak. Kita bisa pastikan jika sistem kami memiliki margin cukup kekuatan untuk mencapai jarak tersebut.
Free Space Loss (FSL), kerugian dalam kekuatan radio dalam mencapai jarak tertentu.
Jarak Fresnel Zone (FZC), untuk melihat ketinggian antena yang diperlukan yang diperlukan untuk lulus hambatan.
Antena bantalan, antena bawah akan memiringkan, dan antena miring ke bawah radius cakupan yang diperlukan untuk mengetahui titik yang tepat atau area pancaran

Sebuah konversi listrik perhitungan juga disediakan untuk mengkonversi dBm ke Watt sebaliknya. Konversi ini cukup sederhana, yaitu :

dBm                = 30 + Log 10 (Watts)
Watts               = 10^((dBm - 30)/10)
MilliWatts       = 10^(dBm/10)

Perhitungan diberikan dalam YDI.COM adalah dalam mil dan feetdengan demikian,  perlu mengkonversi ke dalam meter jika diperlukan. Untuk kenyamanan Anda, berikut ini adalah tabel konversi diperlukan
 
              Meter  = Feet * 0.3048
             Km     = Miles * 1.609344

Free Space Loss (FSL) Calculation

Ditunjukkan dalam gambar adalah Free Space Loss (FSL) perhitungan halaman yang disediakan oleh YDI.COM. Seperti ditunjukkan pada Gambar tersebut, ada dua (2) parameter utama yang diperlukan untuk menghitung FSL, yaitu :
  • Operating Frequency (in MHz)
  • Distance Between Antennas (in Miles)
 Output dari perhitungan isely
  • Free Space Loss (in dB)
 Formula seperti yang ditunjukkan dengan jelas pada gambar adalah

Free Space Loss (dB) = 20 Log10 (MHz) + 20 Log10 (Distance in Miles) + 36.6

Biasanya kita akan melihat Rugi Free Space di kisaran 100 dB untuk sinyal radio yang beroperasi di frekuensi 2.4GHz bepergian dalam satu (1) jarak km
 System Operating Margin (SOM) Calculation

Ditunjukkan dalam Gambar adalah Sistem Operasi Margin (SOM) halaman perhitungan. Ini memiliki banyak parameter input dengan tiga (3) output utama, yaitu :

            RX Signal Level (dBm)
            Free Space Loss (dB)
            Theoretical System Operating Margin (dB)

Kita perlu memastikan bahwa kita memiliki sekitar 10-15 dB Margin Sistem Operasi (SOM) untuk memberikan sedikit ruang untuk memudar dan multipath dari sinyal radio

Untuk dapat menghitung ini (3) parameter tiga, kita perlu menyediakan formula dengan data pada

Frequency (MHz)
Distance (Miles)

TX Power (dBm), WLAN card transmitter power normally about 30-100mW range.
TX Cable Loss (dB), depending on type of cable & length. It would be better to restrict the length to less then 10 meter.
TX Antenna Gain (dBi),
Free Space Loss
RX Antenna Gain (dBi)
RX Cable Loss (dB)
RX Sensitivity

Sebagian besar data yang diperlukan dapat ditemukan di manual atau spesifikasi dari peralatan WLAN akan cenderung memiliki daya pancar

Teknik Perhitungan Sistem Operating Margin (SOM)

Sebelum lebih lanjut membahas disain Wireless Metropolotan Area Network (MAN) ada baiknya kita selami cara menghitung margin daya untuk operasional radio. Salah satu kunci utama untuk melakukan perhitungan adalah mengerti konsep besaran dB sebagai besaran perbandingan daya. Rumus yang biasa digunakan untuk konversi dB dengan Watt atau mW, adalah:

dBm = ( 10 Log(Power Watts)) + 30
Watts = 10^((dBm - 30)/10)
MilliWatts = 10^(dBm/10)

Untuk memberikan gambaran daya pancar 15 dBm adalah 30 mW, daya pancar 20 dBm adalah 100 mW.

Cara sederhana untuk membatasi ruang lingkup aplikasi WLAN adalah dengan membatasi daya pancar. Secara hukum daya pancar sinyal di Antenna yang di ijinkan adalah 36 dBmW, artinya jika anda menggunakan antenna parabola 24dBi anda hanya boleh menggunakan peralatan WLAN dengan daya sekitar 15 dBm (sekitar 30 mW saja). Umumnya peralatan WLAN yang ada di pasaran mempunyai daya pancar antara 15-20 dBm (30-100 mW).

Radiasi pancaran di antenna biasanya di ukur dengan Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) yang di ukur dalam dBm. Pada kesepakatan yang ada, rekan-rekan IndoWLI tampaknya cenderung untuk sepakat EIRP yang diijinkan adalah 36dBm. EIRP yang merupakan daya yang di radiasikan di ujung antenna, dapat dihitung dari:

            EIRP (dBm) = TX Power – TX Cable Loss + TX Antenna Gain.

Dengan di batasinya EIRP sebesar 36dBm, dan rata-rata loss di kabel coax & konektor sebesar 5 dB. Maka jika kita menggunakan antenna parabola 21 dBi, daya pancar yang dapat digunakan hanya 20 dBm (100 mW). Artinya, penggunaan power amplifier menjadi sangat di haramkan, bisa-bisa anda terkena denda Rp. 600 juta dan atau penjara 6 tahun sesuai pasal 55 UU36/1999.

Untuk menentukan Sistem Operating Margin (SOM), kita harus melihat Free space loss-FSL, Margin Sistem Operasi, Sensitivitas penerima (Rx), Antenna gain dan Cable loss.  Konsep perhitungan dicoba diperlihatkan dalam Gambaran umum sistem di atas.

Free Space Loss (FSL) adalah loss (kerugian) yang terjadi dalam sambungan komunikasi melalui gelombang radio dapat diformulasikan sebagai berikut:

FSL = 20 LOG10(Frek, dalam MHz) + 20 LOG10(Jarak, dalam mil) + 36.6

Dari perhitungan sederhana di atas, maka untuk jarak 5 km dan frekuensi 2400 MHz (2.4 GHz), FSL = 114 dB
Selanjutnya yang perlu di hitung adalah Margin Sistem Operasi (System Operating Margin – SOM) agar sistem dapat tetap bekerja dengan baik. Formula yang perlu di perhatikan sebetulnya sangat sederhana yang hanya membutuhkan kemampuan tambah kurang saja, yaitu:

 SOM = Rx signal level - Rx sensitivity.
 Rx signal level = Tx power - Tx cable loss + Tx antenna gain – FSL
+ Rx antenna gain - Rx cable loss.

Agar aman dari gangguan radio seperti Fading, Multipath dll. maka margin sistem operasi sebaiknya minimal 15dB. Sensitifitas radio IEEE 802.11b pada umumnya memiliki Rx sensitivity = -77 dBm. Jika kita menggunakan antenna dipole maka Tx / Rx antenna gain adalah 3 dBi. Beberapa rekan terutama di WARNET banyak menggunakan antenna parabola untuk menaikan Tx / Rx antenna gain menjadi 24 dBi. Untuk built-in antenna maka Tx / Rx cable loss = 0 dB. Untuk instalasi di WARNET yang berada diluar gedung, maka Tx / Rx cable loss bisa mencapai 5 dB. Dari perhitungan di atas, untuk nano sel dengan Tx/Rx antenna 3dB & cable loss 0dB, maka akan di peroleh Tx power 14 dBm atau 25 mW.  Dengan demikian peralatan access point yang berbasis 802.11b yang ada saat ini sudah sesuai/cocok untuk kebutuhan nano sel di atas karena kebanyakan beroutput 25-50 mW. Untuk keperluan WARNET jika di hitung dengan baik, maka untuk jarak 5-7 km kita membutuhkan peralatan IEEE 802.11b pada 2.4 GHz dengan daya sekitar 20 dBm atau 100 mW.

 Bagi anda pengguna WaveRider proses perhitungan sangat dimudahkan dengan fasilitas tool dalam bentuk file excel. Dalam tool tersebut kita dapat dengan mudah menghitung System Operating Margin (SOM), seperti diperlihatkan pada gambar. Kita tinggal memasukan tipe antenna, jenis peralatan Waverider yang kita gunakan, panjang antenna, jarak dll maka akan tampak berapa SOM, Freshnel Zone Clearence (FZC) dll.

 Kebetulan sekali tool tersebut tidak hanya menyediakan perhitungan untuk SOM & FZC saja, tapi juga perhitungan untuk menentukan arah & elevasi antenna dari masing-masing node. Hal ini sangat membantu, jika kita di lengkapi dengan peralatan Global Positioning System (GPS) yang memberikan informasi lokasi (ketinggian, lintang & bujur) maka dengan memasukan informasi lokasi tersebut, arah antenna & elevasi antenna dapat di hitung secara langsung. Informasi lain yang juga di bawa oleh software tersebut adalah perhitungan ketinggian antenna yang bertumpu pada perhitungan FZC.

Jangkauan Pancaran WLAN


 Dengan kondisi daya terbatas (15-20dBm), maka jarak jangkau peralatan WLAN menjadi terbatas. Jarak jangkau maksimum yang dapat dicapai adalah pada saat sinyal mencapai batas sensitifitas penerima di ujung sebelah sana. Sebetulnya perhitungan-nya sederhana, terutama yang agak rumit hanyalah proses perhitungan redaman sinyal melalui udara (Free Space Loss) yang besarnya rata-rata sekitar 100dBm tergantung jarak & frekuensi yang digunakan.

Untuk memberikan sedikit gambaran, sebuah sambungan WLAN dengan antenna 15 dBi dan daya pancar 15 dBm di kedua ujung-nya akan dapat mencapai jarak sekitar tujuh (7) km dengan memperhitungkan redaman coax 3 dBm. Cukup normal untuk sambungan WLAN 2-11Mbps di banyak kota tanpa perlu menggunakan power amplifier secara ilegal.
 Wilayah pancaran sangat tergantung pada kondisi lapangan, lokasi gedung, lokasi penghalang, ketinggian, maupun bentuk antenna yang digunakan. Pada gambar saya coba memperlihatkan coverage (lingkup) pancaran sebuah base station  WLAN dalam bentuk bintik-bintik.

Untuk perencanaan / disain sebuah Metropolitan Area Network (MAN) bentuk pancaran ini biasanya kita buat ideal menjadi sebuah bentuk segi enam seperti tampak pada gambar. Bentuk coverage ideal ini akan kita gunakan kemudian di penjelasan lebih lanjut dibawah. Pengetahuan tentang antenna akan sangat penting dalam menentukan bentuk area coverage yang bisa di servis. Pada bagian yang lain saya jelaskan berbagai bentuk antenna & pattern radiasinya.

Contoh perhitungan yang sudah jadi dapat diperoleh langsung dari saya  dalam bentuk file Excel secara gratis. Dalam file Excel tersebut juga telah saya buatkan beberapa routine konversi dari besaran dBm ke Watt supaya lebih terbayang bagi kita yang tidak biasa dengan notasi dBm. Alternatif lainnya, di persilahkan untuk mengambilnya secara gratis di biasanya di bawah directory /fisik/wireless.








 Line of Sight (LOS)

Salah satu hal yang penting dalam komunikasi radio pada frekuensi tinggi adalah kondisi line of sight antara pemancar dan penerima. Ada dua jenis line of sight, yaitu:

  • Optical Line of Sight, kondisi dimana pemancar dapat melihat secara optik posisi penerima.
  • Radio Line of Sight, kondisi dimana penerima bisa mendengarkan transmisi dari pemancar.

Kondisi ini secara teori (oleh Freshnel) digambarkan sebagai bola football antara dua lokasi yang saling berhubungan, seperti tampak pada gambar.
Untuk mengetahui berapa ketinggian minimal yang perlu di sediakan agar antenna dapat bekerja dengan baik, sebaiknya dihitung Freshnel Zone Clearence (FZC) yang diperlukan. Tampak pada gambar yang lain, bola rugbi Freshnel diperlihatkan beserta rumus untuk menghitung ketinggian yang diperlukan.
 Untuk memperoleh Line of Sight yang baik, minimal sekali 60% dari Freshnel Zone yang pertama di tambah tiga (3) meter harus bebas dari berbagai hambatan / rintangan. Sebagai gambaran, clearence yang dibutuhkan untuk beberapa jarak antara pemancar dan penerima dapat dilihat pada tabel berikut.


Jarak (km)
Clearence Minimal (m)
1
3.0
3
3.4
4
3.6
5
3.7
6
4.0
7
4.3

Clearence ini menentukan tinggi antenna minimal yang perlu di siapkan agar sinyal dapat di terima dengan baik di penerima. Untuk memperoleh sinyal yang baik, ketinggian tower biasanya lebih tinggi daripada clearence diatas. Untuk jarak sekitar 4 km dibutuhkan tower dengan ketinggian 10 meter-an. Hal ini diperlihatkan oleh software bawaan waverider
Share

No comments:

Post a Comment