BERBAGILAH DALAM HAL KEBAIKAN TERMASUK ILMU WALAU CUMA SETITIK....

8/02/2011

Pengantar Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)

Apabila Kita memperhatikan perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini, maka hampir dapat dipastikan perkembangan yang paling pesat  dalam  teknologi  telekomunikasi  di  masa  mendatang  adalah
multimedia. Secara terminologi multimedia dapat diartikan sebagai banyak media. Oleh karena itu layanan yang dibuat bisa dilewatkan melalui banyak media. Sedangkan secara definitif, multimedia diterjemahkan sebagai integrasi dari suara, data dan gambar. Ciri layanan multimedia yang paling utama adalah kebutuhan akan bandwidth yang sangat besar. Kebutuhan akan bandwidth inilah yang pada awalnya menjadi permasalahan pada sisi jaringan akses. Akan tetapi  setelah  ditemukannya  serat  optik  sebagai  media  transmisi dengan kapasitas sangat besar maka permasalahan di  atas secara teknis dapat diatasi.
Namun   ironisnya   mayoritas   jaringan   yang   tergelar   sekarang   ini menggunakan jaringan kabel tembaga. Karenanya dibutuhkan suatu “injeksi  teknologi” untuk meningkatkan  kemampuan  kabel  tembaga dalam mentransmisikan sinyal informasi. Sekilas terkesan sangat kontradiktif apabila kita membicarakan kabel tembaga sebagai media akses dalam komunitas layanan berjalur lebar, karena     kabel tembaga     mempunyai     keterbatasan     dalam mentransmisikan sinyal berpita lebar. Sementara itu, dalam sepuluh tahun terakhir ini telah dikembangkan sejumlah teknik  signal processing  untuk meningkatkan  bit rate  dari transmisi dijital melalui kabel tembaga. Digital subscriber line (DSL) adalah teknologi modem yang menggunakan saluran telepon twisted pair existing untuk mentransmisikan data berpita lebar. Perkembangan dari DSL ini adalah teknologi xDSL yaitu “seri teknologi broadband”   yang   memanfaatkan   media   kabel   tembaga   untuk mengalirkan layanan/service  berpita  lebar.  Pada  akhirnya  teknologi xDSL    ini    menjadi    suatu    teknologi    alternatif    yang    patut dipertimbangkan secara teknis maupun ekonomis dalam kancah era multimedia. 
Perkembangan Teknologi Jaringan Kabel Tembaga Kita telah mengetahui modem-modem yang biasa beredar di pasaran (voice-grade  data  modem)  menggunakan   kabel   tembaga   sebagai media  transmisi  fisiknya  atau  dapat  juga  dikatakan  menggunakan media transmisi fisik akses tembaga. Voice-grade  modem  umumnya
 mempunyai  kecepatan  transmisi  28,8 kbps  melalui  saluran telepon biasa. Dua puluh tahun yang lalu, karena keterbatasan di lapangan, kecepatannya hanya berkisar pada 1,2 kbps. Mungkin dulu tidak ada yang percaya bahwa kecepatan modem bisa mencapai kecepatan 33,6 kbps seperti pada saat ini. Bagaimanapun juga  voice-grade modem masih  belum  melewati  batas  lebar  pita 3,4  kHz.  Sebagai  contoh modem  V.34  yang  mampu  mengalokasikan     10  bit/hz  lebar  pita, merupakan  suatu  gambaran  yang  cukup  menarik  dan  merupakan pengembangan  produk  teknologi  yang  berupaya  mendekati  batas-batas teoritis. Bukan hanya itu, modem V.34 mampu mengirim dan menerima  data  secara  simultan  dalam  pita  frekuensi  yang  sama.
Bahkan  saat  ini  modem  US.  Robotics  dengan  teknologi  X2TM  telah mampu  mencapai  kecepatan  transmisi 56,6  kbps  melalui  saluran telepon biasa. Hal ini bisa dicapai sebagai hasil perkembangan yang begitu maju dari algoritma komunikasi data, pemrosesan sinyal dijital dan teknologi semikonduktor.
Voice-grade  modem  beroperasi  pada  titik  pelanggan  pada  saluran suara   biasa   dan  mentransmisikan   sinyal   melalui   core   network (jaringan switching utama). Jaringan memperlakukannya persis sama seperti  pada  sinyal   suara.  Ini  merupakan  keunggulan  utamanya, walaupun berkecepatan lebih rendah, namun dapat disambungkan di mana saja asalkan ada saluran telepon yang tersedia. Keterbatasan lebar pita dari kanal suara terutama bukan dikarenakan oleh saluran pada sisi pelanggan, tetapi disebabkan oleh core network. Filter  pada  core  network  membatasi  lebar  pita  pada  kanal  suara sekitar 4,4  khz.  Jika  tanpa  hambatan  dari  filter  ini  maka  kabel tembaga (jaringan  akses  tembaga)  mampu  melewatkan  frekuensi pada daerah Mhz, meski akan mengalami redaman yang cukup besar. Redaman  yang  akan  meningkat  berbanding  lurus  dengan  kenaikan frekuensi  dan panjang saluran, merupakan faktor pembatas utama dalam peningkatan kecepatan transmisi data. Sekilas perkembangan teknologi jaringan akses yang memanfaatkan
kabel tembaga untuk menyalurkan informasi pita lebar adalah sebagai berikut :

a. Digital Subscriber Line (DSL)
Adalah modem yang biasa digunakan pada layanan ISDN basic rate. DSL  akan  mentransmisikan  data  secara  duplex (dalam  dua  arah sekaligus), pada kecepatan 160 kbps melalui kabel tembaga (saluran telepon biasa) dengan rentang sampai 6 km, melakukan multiplex dan demultiplex aliran data ini dalam 2 kanal B (masing-masing 64 kbps), satu kanal D (16 kbps) serta mengikutsertakan beberapa overhead yang diperlukan oleh perangkat terminal. Berdasarkan standar ANSI
 T1.601 atau ITU I.431 DSL juga menggunakan echo canceller untuk memisahkan sinyal yang diterima yang berasal dari pantulan sinyal yang dikirim. Berikut tabel perkembangan Teknologi DSL:
Jenis Akses
Bit rate
Mode
Aplikasi
Digital Subscriber Line
( DSL )

160 kbps

Duplex
ISDN, Komunikasi Data, Voice
High Data Rate Digital Subscriber Line ( HDSL)

1.544 Mb - 2.048 Mb

Duplex
T1/E1,LAN, WAN,Akses Server

Single Line Digital Subscriber ( SDSL)

1.544 Mb - 2.048 Mb

Duplex
T1/E1,LAN, WAN,Akses Server,akses dasar layanan simetris
Asymmetric Digital Subscriber Line  (ADSL )
16 kbps - 640 kbps
1.544 Mb - 8 Mb
Upstream
Downstream
Akses internet, video on demand, akses remote LAN, Multimedia interaktif
Verry High Data Rate Digital Subscriber Line ( VDSL )
1.5 Mbps – 2.3 Mbps
13 Mbps – 52 Mbps
Upstream
Downstream
Akses internet, video on demand, akses remote LAN, Multimedia interaktif, HDTV
 
b. High data rate Digital Subscriber Line (HDSL)

 Merupakan teknologi lanjutan dari DSL dan menggunakan 2 twisted pair  cooper  cable.  HDSL  cukup  baik digunakan  untuk  menyalurkan sinyal T1 atau E1. HDSL menggunakan lebar pita yang lebih sempit dan tidak membutuhkan  repeater seperti  saluran T1 atau E1 pada umumnya. Biasanya perangkat pada saluran E1 atau T1 menggunakan protocol    AMI (self-clocking    Alternate    Mark    Inversion)    dan membutuhkan repeater pada jarak 1000 meter dari sentral dan tiap 2000 meter selanjutnya. AMI membutuhkan lebar pita 1,5 MHz pada T1 sedangkan untuk E1 adalah 2 MHz. Dengan menggunakan modulasi yang  lebih  baik  maka  HDSL  mampu  mentransmisikan  sinyal  pada kecepatan 1,544 Mbps atau 2,048 Mbps hanya dengan menggunakan lebar pita 80 kHz sampai 280 kHz, tergantung pada teknik modulasi dan pengkodeannya. HDSL mampu menyalurkan sinyal tanpa repeater pada  kabel   tembaga  sampai   sejauh 4   km,  tentu   saja  dengan menggunakan 2 kabel untuk T1 dan 3 kabel untuk E1, yang masing-masing  beroperasi  pada  kecepatan  separuhnya  atau  sepertiganya.
Aplikasi tipikal untuk HDSL adalah seperti koneksi PBX, stasiun antena selular,  sistem  DLC  yang  telah  cukup  matang  dalam  memberikan layanan dengan  bit rate di atas 1 Mbps, dan telah banyak dipakai dalam aplikasi remote LAN access serta internet.

c. Single line Digital Subscriber Line (SDSL)
SDSL akan banyak dibutuhkan pada aplikasi yang memerlukan akses simetris dan karena itu dapat dikatakan bahwa layanan SDSL adalah komplementari dari aplikasi ADSL. Hal yang perlu diperhatikan bahwa jangkauan dari SDSL tidak akan melebihi 3000 m, di mana pada jarak tersebut ADSL mampu mencapai bit rate 6 Mbps.

d. Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)
Teknologi   ini   memiliki  bit   rate   yang  berbeda   antara   arah  kirim (upstream) dan arah terima (downstream). Kecepatan upstream-nya berkisar  antara    16  kbps  hingga 640  kbps,  sedangkan  kecepatandownstream-nya   antara 1,544  Mbps  hingga  lebih  dari 7   Mbps.Karenanya ADSL sangat ideal untuk layanan internet/intranet, video on  demand  dan  remote  LAN  access.Karena biasanya penggunapengguna  aplikasi  tersebut  lebih  banyak  membutuhkan  menerima informasi/download daripada mengirim informasi.

e. Very high data rate Digital Subscriber Line (VDSL)
Pada awalnya VDSL mempunyai nama Very high data rate Asymmetric Digital  Subscriber Line (VADSL) karena mereka menganggap VDSL tidak akan menggunakan transmisi simetris dan sudah pasti asimetris sehingga tak perlu membagi dalam dua nama, VDSL (untuk simetris) dan VADSL (untuk asimetris). VDSL akan menyalurkan data secara asimetris pada kecepatan transmisi yang lebih cepat daripada ADSL dengan  panjang  saluran  yang  lebih  pendek.  Secara  umum  VDSL diproyeksikan untuk memiliki kecepatan  downstream  dan  upstream sebagaimana diperlihatkan dalam tabel 1. Masih banyak hal yang perlu diperjelas dalam VDSL, baik mengenai standar, service environment, antar muka juga mengenai biaya.

Arsitektur ADSL

Sirkit ADSL akan saling menghubungkan tiap ujung dari modem ADSL pada saluran telepon biasa (kabel tembaga) dan membuat tiga kanal informasi.   Kanal   downstream   kecepatan   tinggi,   kanal   duplex
kecepatan  menengah  dan  kanal  POTS.  Kanal  POTS  dipisah  oleh modem  dijital  dengan  filter,  untuk  menjamin  uninterrupted  POTS. Kanal kecepatan tinggi pada kecepatan 1,544 Mbps - 6 Mbps, dan duplex  pada  kecepatan 16kbps -  640  kbps.  Tiap  kanal  dapat  di submultiplex, sehingga dapat dibentuk multiplikasi kanal-kanal dengan bit   rate   yang   lebih   rendah.   Berikut   tabel   karakteristik   ADSL berdasarkan kabel yang digunakan :
Data rate (Mbps)
Jenis kabel (AWG)
Ukuran kabel (mm)
Jarak (km)
1,5 atau 2
24
0,5
5,5
1,5 atau 2
26
0,4
4,6
6,1
24
0,5
3,7
6,1
26
0,4
2,7

Kecepatan  downstream  tergantung  oleh  beberapa  faktor,  termasuk panjang dari kabel tembaga, ukuran kabel, kualitas sambungan fisikdari  kabel  dan  interferensi  kopling  silang.  Redaman  saluran  akan
berbanding lurus sesuai pertambahan panjang saluran dan frekuensi, dan   akan   mengecil   bila   diameter kabel   bertambah.   Dengan mengabaikan pengaruh kualitas sambungan maka ADSL mempunyai karakteristik   sebagaimana   diperlihatkan   tabel   di   atas.   Berikut konfigurasi umum ADSL :

Konfigurasi  ADSL  secara  umum  adalah  sebagaimana  diperlihatkan gambar  di  atas. Digital  Subsriber Line  Access  Multiplexer (DSLAM) adalah   perangkat   multiplexer   pada   penyelenggara   jasa/sentral,
sedangkan   pada   sisi   pelanggan   terdapat   Customer   Premises Equipment (CPE). Keduanya dihubungkan oleh line telepon, di mana di antara keduanya terdapat pots splitter (di sisi penyelenggara/sentral) dan microfilter (di sisi pelanggan) yang berfungsi membagi frekuensi. Frekuensi rendah dialirkan ke line analog, sedangkan frekuensi tinggi
 adalah    untuk    service    ADSL.Banyak  aplikasi  akan  mendapatkan  manfaat  dari  keunggulan  ADSL terutama dalam digital compressed video. Sebagai sinyal real time, sinyal video dijital tidak dapat menggunakan prosedur error control pada  level  link  atau  network  yang  biasanya  dipakai  dalam  sistem komunikasi data  yang  umum.  Sedangkan  modem  ADSL  mampu memberikan  forward  error  corection  yang  secara  dramatis  mampu mengurangi  error  yang  diakibatkan  oleh  impulse  noise. Error  yang berbasiskan   simbol   demi   simbol   juga   akan   banyak   mengurangi kesalahan yang ditimbulkan oleh continuous noise yang terjadi pada saluran. ADSL  menggunakan teknologi  pengolahan  sinyal  dijital  yang  begitu
canggih  serta  menggunakan  algoritma  yang  mampu  menciptakan penyaluran data pada kecepatan sangat tinggi melalui kabel tembaga biasa. Teknik line coding yang digunakan adalah Carrierless Amplitude/Phase
Modulation (CAP) atau Discrete Multi Tone (DMT). Teknik line coding CAP  dan  DMT  memberi  keuntungan  di  mana  sistem  lebih  tahan terhadap  derau /  noise  atau  interferensi.  Di  samping  itu  dengan
menggunakan  DMT,  memungkinkan  ADSL  menjadi  rate  adaptive (kecepatan  transmisi  dapat  berubah  relatif  mengikuti  performansi jaringan kabel tembaga yang digunakan sebagai media transmisinya). Dengan  DMT  juga  memungkinkan  proses inisialisasi  jaringan  untuk menentukan sampai pada tingkat kecepatan berapa jaringan tembaga dapat mentransmisikan data dengan aman. Sementara pada teknik konvensional, jika performansi kabel turun kualitasnya, maka sinyal yang di modulasi/demodulasi oleh modem akan rusak.
Share

No comments:

Post a Comment