Pendahuluan
Masih
ingatkah Anda ketika menggunakan peger sekitar 12 tahun yang lalu?Saya masih
ingat ketika
teman saya berbicara kepada salah satu operator peger untuk menyampaikan pesan kepada
teman satu kelasnya yang bunyinya “Hai Lala, besok kita ketemu jam 2 di
BIP(Bandung Indah
Plaza) setelah pulang sekolah, dari Adam” itulah alat komunikasi bergerak
pertama yang sempat
populer di kota - kota besar di Indonesia. Teknologi peger dikategorikan dalam kategori
simplex transmission dimana komunikasi hanya bisa dilakukan satu arah dari
operator ke user dan tidak bisa sebaliknya.
Generasi
Pertama Telekomunikasi Bergerak (1G)
Tidak
sampai setahun teknologi komunikasi baru mulai dioperasikan di Indonesia yang
kita kenal
dengan teknologi AMPS (Advanced Mobile Phone System) salah satu operatornya
adalah PT.Komselindo.
AMPS digolongkan dalam generasi pertama teknologi telekomunikasi bergerak yang
menggunakan teknologi analog dimana AMPS bekerja pada band frekuensi 800 Mhz dan menggunakan
metode akses FDMA (Frequency Division Multiple Access). Dalam FDMA,user dibedakan
berdasarkan frekuensi yang digunakan dimana setiap user menggunakan kanal sebesar
30 KHz. Ini berarti tidak boleh ada dua user yang menggunakan kanal yang sama
baik dalam
satu sel maupun sel tetangganya. Oleh karena itu AMPS akan membutuhkan alokasi frekuensi
yang besar. Saat itu kita sudah memakai handphone tetapi masih dalam ukuran
yang
relatif
besar dan baterai yang
besar karena membutuhkan daya
yang besar. Generasi
Kedua Telekomunikasi Bergerak (2G) GSM(Global
System for Mobile Communications) mulai menggeser AMPS diawal tahun 1995,
PT.Telkomsel dan PT.Satelido (sekarang PT.Indosat) adalah dua operator pelopor
teknologi GSM di Indonesia.
GSM menggunakan teknologi
digital. Ada beberapa
keunggulan menggunakan teknologi digital dibandingkan dengan analog
seperti kapasitas yang besar,sistem security yang lebih baik dan layanan yang
lebih beragam.
GSM
menggunakan teknologi akses gabungan antara FDMA(Frequency Division Multiple Access)
dan TDMA (Time Division Multiple Access) yang awalnya bekerja pada frekuensi
900 Mhz
dan ini merupakan standard yang pelopori oleh ETSI (The European
Telecommunication Standard
Institute) dimana frekuensi yang digunakan dengan lebar pita 25 KHz Pada band frekuensi
900 Mhz. Pita frekuensi 25 KHz ini kemudian dibagi menjadi 124 carrier
frekuensi yang
terdiri dari 200 KHz setiap carrier. Carrier frekuensi 200 KHz ini kemudian
dibagi menjadi
8 time slot dimana setiap user akan melakukan dan menerima panggilan dalam satu
time slot berdasarkan pengaturan waktu.
Teknologi
GSM sampai saat ini paling banyak digunakan di Dunia dan juga di Indonesia
karena salah satu keunggulan dari GSM adalah kemampuan roaming yang luas
sehingga dapat dipakai diberbagai Negara. Akibatnya mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat.
Keceptan
akses data pada jaringan GSM sangat kecil yaitu sekitar 9.6 kbps karena pada
awalnya hanya
dirancang untuk penggunaan suara. Saat ini pelanggan GSM di Indonesia adalah
sekitar 35
juta pelanggan.
CDMAOne (Code Division Multiple Access) merupakan
standard yang dikeluarkan oleh Telecommunication Industry Association (TIA)
yang menggunakan teknologi Direct Sequence Spread Spectrum(DSSS) dimana
frekuensi radio 25 MHz pada band frekuensi 1800MHz dan dibagi dalam 42 kanal
yang masing-masing kanal terdiri dari 30KHz. Kecepatan akes data yang bisa
didapat dengan teknologi ini adalah sekitar 153.6 kbps.
Dalam
CDMA,seluruh user menggunakan frekuensi yang sama dalam waktu yang sama. Oleh karena
itu, CDMA lebih efisien dibandingkan dengan metoda akses FDMA maupun TDMA. CDMA
menggunakan kode tertentu untuk membedakan user yang satu dengan yang lain.
Pada
tahun 2002 teknologi CDMA mulai banyak digunakan di Indonesia. Teknologi CDMA
2000 1x adalah teknologi yang mangamai perkembangan yang baikdi Indonesia.
Berarti baru diperkenalkan sekitar 7 tahun
terlambat dibandingkan dengan GSM.
GSM
dan CDMA merupakan teknologi digital. Meskipun secara teknologi CDMA 20001x
lebih baik dibandingkan dengan GSM akan tetapi kehadiran CDMA ternyata tidak
membuat pelanggang GSM berpaling
ke CDMA. Ada
beberapa keunggulan teknologi
CDMA dibandingkan dengan GSM seperti suara yang lebih jernih, kapasitas
yang lebih besar, dan kemampaun akses data yang lebih tinggi.
Berbeda
dengan metode akses TDMA dan FDMA, maka CDMA menggunakan kode-kode tertentu
untuk membedakan setiap uses pada frekuensi yang sama. Karena menggunakan frekuensi
yang sama maka daya yang dipancarkan ke BTS dan juga daya yang diterima harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu user yang lain baik dalam sel yang sama atau
sel yang lain dan ini dapat diwujudkan dengan menggunakan mekanisme power
control.
Ada
beberapa operator di Indonesia yang telah mengimplementasikan teknologi CDMA
2000 1x
ini seperti Telkom yang dikenal dengan Flexi, Indosat dengan nama StarOne,
Mobile 8 dengan nama
Fren, Bakrie telecom
dengan nama Esia. Operator
CDMA di Indonesia dikategorikan
kedalam kategori FWA (Fixed Wireless Access) sehingga mobilitasnya sangat terbatas
padahal CDMA juga bisa seperti GSM dengan kemampuan mobilitas penuh. Generasi
kedua-setengah Telekomunikasi Bergerak (2.5G) Pada
awalanya akses data yang dipakai dalam GSM
sangat kecil hanya sekitar 9.6 kbps karena memang
tidak dimaksudkan untuk akses data kecepatan tinggi.Teknologi yang digunakan
GSM dalam
akses data pada awalnya adalah WAP (Wireless Application protocol) tetapi tidak mendapat
sambutan yang baik dari pasar. Kemudian diperkenalkan teknologi GPRS(General Packet
Data Radio Services) pertama sekali oleh PT.Indosat Multi Media (IM3) pada
tahun 2001
di Indonesia. Secara teoritis kecepatan akses data yang dicapai dengan
menggunakan GPRS
adalah sebesar 115 Kbps dengan throughput yang didapat hanya 20 - 30 kbps. GPRS juga
memungkinkan untuk dapat berkirim MMS (Mobile Multimedia Message) dan juga
menikmati
berita langusng dari Hand Phone secara real time.Pemakaian GPRS lebih ditujukan untuk
akses internet yang lebih flexibel dimana saja,kapan saja, kita dapat
melakukannya asalkan
masih ada sinyal GPRS.
Selama
ini operator telekomunikasi bergerak yang sudah mengimplementasikan GPRS sudah membuat
berbagai pola pentarifan mulai dari pentarifan berdararkan harga per KB data
yang didownload
sampai dengan fixed rate dimana setiap pemakai GPRS dapat menggunakan 24 jam dikenakan
biaya sebesar tertentu misakanya Rp350.000 per bulan.Ketika pentarifan fixed
rate ditetapkan
sudah mendapat sambutan yang cukup banyak dari pemakai GPRS termasuk saya yang
bisa memakai internet di rumah dan dikantor hanya dengan modal sebuah handphone dengan
kemampuan GPRS dan sebuah labtop atau PC. Program ini tidak dilanjutkan, hanya sekitar
satu tahun, kemudian pentarifan GPRS dikembalikan ke pola semula berdasarkan
jumlah data
yang di download. Akhirnya pemakai GPRS
menurun drastis karena jika kita hanya memakai
untuk akses internet misalnya browsing, email dan chatting saja kita akan
membayar
sekitar
1-2 juta rupiah perbulan. Dengan biaya bulanan seperti ini akan sedikit yang
mampu memakai
GPRS untuk mengakses internet. Setelah
itu ada lagi teknologi yang disebut dengan EDGE (Enhanced Data for Global Evolusion)
yang hanya sempat diimplementasikan oleh PT.Telkomsel dan lewat begitu saja dan
hanya terdengar gemanya ketika ujicoba melihat liputan 6 SCTV dari handphone
yang dilihat langusng oleh meteri perhubungan saat itu. kecepatan akses data
dengan teknologi ini mencapai 3-4 kali kecepatan yang didapat di GPRS. Generasi
ketiga Telekomunikasi Bergerak.
Sekarang
lagi ramai dibicarakan tentang generasi ketiga teknologi bergerak atau yang sering disebut
3G..Teknologi 3G didapatkan dari dua buah jalur teknologi telekomunikasi
bergerak. Pertama adalah kelanjutan dari teknologi GSM/GPRS/EDGE dan yang
kedua kelanjutan dari teknologi CDMA
(IS-95 atau CDMAOne).
UMTS(Universal
Mobile Telecommunication Service) merupakan lanjutan teknologi dari
GSM/GPRS/EDGE yang merupakan standard telekomunikasi generasi ketiga dimana
salah satu tujuan utamanya adalah untuk memberikan kecepatan akses data yang
lebih tinggi dibandingkan dengan GRPS dan EDGE.
Kecepatan
akese data yang bisa didapat dari UMTS adalah sebesar 384 kbps pada frekuensi 5KHz
sedangkan kecepatan akses yang didapat dengan CDMA1x ED-DO Rel0 sebesar 2.4 Mbps
pada frekuensi 1.25MHz dan CDMAx ED-DO relA sebesar 3.1Mbps pada frekuensi 1.25MHz
yang merupakan kelanjutan dari teknologi CDMAOne. Berbeda dengan GPRS dan EDGE
yang merupakan overlay terhadap GSM, maka 3G sedikit berbeda dengan GSM dan
cenderung sama dengan CDMA. 3G
yang oleh ETSI disebut dengan UMTS (Universal Mobile Telecommunication
Services) memilih
teknik modulasi WCDMA(wideband CDMA). Pada WCDMA digunakan frekuensi
radio
sebesar 5 Mhz pada band 1.900 Mhz (CdmaOne dan CDMA 2000 menggunakan spectrum
frekuensi sebesar 1.25 MHz) dan menggunakan chip rate tiga kali lebih tinggi
dari CDMA 2000 yaitu 3.84 Mcps (Mega Chip Per Second).
Secara
teknik dalam jaringan UMTS terjadi pemisahan antara circuit switch (cs) dan
packet switch
(ps) pada link yang menghubungkan mobile equipment (handphone) dengan BTS (RNC) sedangkan pada
GPRS dan CDMA 2000 1x tidak
terjadi pemisahan melainkan
masih menggunakan
resource yang sama di air interface (link antara Mobile Equipment dengan Base Station).
HSPDA (Higth Speed Packet Downlink Access) merupakan kelanjutan dari UMTS dimana
ini menggunakan frekuensi radio sebesar 5MHz dengan kecepatan mencapai 2Mbps. Ada
5 operator telekomunikasi di Indonesia yang telah memiliki lisensi 3G(IMT
2000). Tiga diantara
operator tersebut adalah operator yang telah memberikan layanan telekomunikasi generasi kedua (GSM)
dan kedua setengah (GPRS). Jika
operator tersebut akan
mengimplementasikan
teknologi UMTS maka ada penambahan perangkat seperti base station (Node B) dan
RNC(Radio Network Controller) dan upgrade software. Adapun yang harus di
upgrade adalah pada radio akses karena GSM menggunakan metode akses TDMA dan
FDMA dan menggunakan frekuensi radio 900KHz dan 1800 MHz sedangkan UMTS
menggunakan metode akses WCDMA(Wideband Code Division Multiple Access) dengan
frekuensi radio 5 MHz. oleh karena itu perlu penambahan radio access network control
(RNC) dan juga perlu penambahan base station WCDMA (Node B) dan tentunya juga
terminal harus diganti dan juga upgrade software pada MSC,SGSN dan GGSN.
Oleh karena
itu untuk mengimplementasikan UMTS
sebagai teknologi generasi
ketiga membutuhkan
biaya yang besar. Biaya tersebut diperuntukkan untuk membayar lisensi 3G kepada
pemerintah, membayar lisensi 3G kepada vendor 3G, biaya penambahan Base
Station/ Node
B, RNC(Radio Network Controller) dan biaya upgrade software pada MSC (Mobile Switching
Centre), SGSN(Serving GPRS Support Node), GGSN(Gateway GPRS Support Node)
dan jaringan lain.
Salah
satu contoh layanan yang paling terkenal dalam 3G adalah video call dimana
gambar dari teman
kita bicara dapat dilihat dari handphone 3G kita. Layanan lain adalah , video
conference, video
streaming, baik untuk Live TV maupun video portal, Video Mail, PC to Mobile,
serta Internet
Browsing.
Tantangan
yang muncul adalah, Apakah pelanggan membutuhkan layanan tersebut?Jawabannya kita
bisa perdebatkan. Adalah sangat bijaksana jika kita melihat layanan sebelumnya
yang sudah pernah
ada. Kita mulai dengan layanan WAP (Wireless Application Protocol) pada
jaringan GSM
dimana kita bisa mengakses berita melalui handphone berarti kita bisa
melakukannya dimana
saja dan kapan saja. Apakah layanan ini digolongkan sukses? Sangat sedikit
orang yang menggunakannya
waktu itu sehingga saya menyebutnya layanan yang tidak sukses. Kenapa
tidak sukses? Selain dari faktor utama kebayakan pengguna belum membutuhkan,
akses data yang lambat dibandingkan dengan akses lain seperti dial-up dan WLAN
merupakan alasan lain dan juga pelanggan kurang puas dengan tampilan yang kecil
di layar handphone.
Sekarang
kita bandingkan dengan layanan SMS (Short Message Services) yang awalnya tidak diperkirakan
akan menjadi success story karena hanya teks singkat. Lalu kenapa sms menjadi killer application?
Alasan pertama adalah,
SMS tidak membutuhkan
banyak perangkat tambahan
dalam jaringan GSM sehingga tidak membutuhkan investasi yang besar dan yang kedua
teknologi SMS mudah dimengerti, mengirim dan menerima sms itu mudah maka orang mudah
mengerti fungsinya sehingga mereka menilainya layanan yang realistis. Banyak
orang mempelajari fenomena sms ini tetapi tidak dapat dibuat suatu rumusan yang
baku
untuk
membuat layanan baru supaya bisa sukses seperti sms. Akan tetapi ada beberapa
yang
dapat
dipalari dari keseksesan sms untuk memberikan layanan baru yaitu:
• Layanan yang diberikan harus sederhana
• Implentasi teknologinya juga harus mudah
• Interoperabiliti dengan jaringan lain dibuat
semudah mungkin
• Fungsi dari layanan tersebut harus mudah
dimengerti
• Pola pentarifan yang digunakan disesuaikan
dengan layanan sejenis.
UMTS
merupakan kelanjutan dari teknologi GSM/GPRS dimana perbedaan utamanya adalah kemampuan
akses data yang lebih cepat. Kecepatan akses data dalam UMTS bisa mencapai 2Mbps
(indoor dan low range outdoor). Akan tetapi jika kita bandingkan dengan GPRS
maka kecepatan
datanya juga bisa mencapai 115 kpbs dimana untuk penggunaan akes internet sudah memadai.Dalam
analisa saya, GPRS kurang sukses di pakai di Indonesia karena belum banyak pelanggan
yang membutuhkan akes internet dalam keadaan
bergerak, tarif yang mahal dibandingkan
dengan layanan yang diberikan oleh WLAN, kecepatan akses data yang belum stabil
merupakan beberapa alas an kurang suksesnya implementasi teknologi GPRS. Generasi
keempat Teknologi Telekomunikasi Bergerak (3.5G dan 4G) Untuk
meningkatkan kecepatan akses data yang tinggi dan full mobile maka standar
IMT-2000 di tingkatkan lagi menjadi 10Mbps,30Mbps dan 100Mbps yang semula hanya
2Mbps pada layanan 3G.. Kecepatan akses
tersebut didapat dengan
mengguanakan teknologi
OFDM(Orthogonal Frequency Division Multiplexing) dan Multi Carrier.Di Jepang
layanan generasi keempat ini sudah di implementasikan.
harus bisa
memilih teknologi yang
benar-benar dibutuhkan masyarakat
Indonesai yang jumlahnya sekitar
230 juta. Layanan
telekomunikasi dasar seperti telepon dan sms dengan biaya yang terjangkau yang
sangat
dibutuhkan masyarakat khususnya yang tinggal di luar kota-kota besar.
Dibeberapa daerah
yang kami survey ternyata masih banyak ibukota kecamatan yang belum memiliki fasilitas telepon
kabel sekalipun padahal
daerah tersebut adalah
daerah yang potensial sedangkan di
Jakarta untuk mendapatkan
layanan pasang baru (PSB)
diberikan diskon besar-besaran
dan bahkan gratis
Referensi
[1]
Sumita Kasera, Nishit Narang, 3G
Mobile Networks, McGrow-Hill. Yew York, 2005
[2] Clint Smith, Daniel Collins, 3G Wireless
Network, Mc Grow-Hill TELECOM, Ney York 2002
[3] Ramjee Prasad, Marina Ruggieri, Technology
Trends in Wireless Communication, Artech
House,Boston, London, 2003
[4] William C.Y.Lee, Mobile Cellular Telecommunication,
McGrow-Hill, Yew York, 1995 Releted Link :